Selasa, 19 April 2011

Ini Do'a

Wahai Tuhan-ku Yang Maha Teliti..

Saya tahu Engkau tidak mungkin bermasalah jikalau arsip-Mu menyimpan terlalu banyak keluh-kesah para umat-Mu, Engkau pun tahu bilamana keluh-kesah ku memuat hampir setiap waktu, sekalipun kusut dan berada di tumpukan paling bawah..

please confirm to my request God..



dalam sebuah do'a untuk pribadi yang mati; Jakarta, 19042011



Sabtu, 09 April 2011

Jikalau Rossulullah kawan baik ku, lalu para Malaikat adalah teman bermain ku, aku akan bersekongkol dengan Mereka :)

Jikalau Rossulullah kawan baik ku, lalu para Malaikat adalah teman bermain ku, aku akan bersekongkol dengan Mereka, bawasanya destinasiku ke depan ini akan kami buat dengan seindah mungkin. Atas kehendak dan persetujuan Tuhan tentunya.. :)

Tetapi, jikalau aku hanya di ciptakan sebagaimana umat yang di tuntun oleh Beliau, dan di tuntut sebagaimana mestinya berdasarkan tuntutan-tuntutan Tuhan, aku akan menuntut-Nya kembali dengan ikhlas, lembut dan dengan perilaku yang indah.. :) 

Saya pastikan, akan memulai itu dengan tersenyum. Karena sungguh aku menginginkan akhir dari tujuanku ini dengan senyuman :).
Bukan tertwa miris, senyum biru, atau ’gelak tawa dengan sedikit air mata’ sekalipun. Bukan, itu curhatan masa lampau yang tragis.
Aku akan berusaha meleburnya jika kelak Tuhan menanggapi tuntutanku.
 Dengan mencampur-baurkan cara-cara tuntutan ku itu ke dalam sebuah DO’A.. :).

Kepada Tuhan-ku, yang memang ada, adil dan menciptakan dunia beserta isinya ini semuanya akan terjadi secara seimbang. Amin..



#
 Ada sebuah kabar penting lagi untukmu; 
Di tepat usiaku nanti, 20 tahun, ya, seperti itu, mungkin.. :) 
Aku akan pergi. 
Tenanglah cantik, bukan sementara.. 
Saya pastikan anda akan benar-benar suka, 
Karena nanti akan benar-benar lama :) 
Kemana?
”Ke pulau kecil.. Ya, tempat dimana aku akan berusaha mendapatkan Diriku”. 
Kali ini bukan atas dasar cinta, tuntutan cinta, dan apapun itu. 
Hanya sekedar meng-indahkan kalimat ’tanggung jawab’ di dalam pribadi ku sendiri. :)







Deny Setyawan
Solo, 31.01.11

Empat Nama, Satu Eksistensi

Hey kau Kirana, balas itu pesanku..
Temanku kesepian, tidak bergetar, terkapar
Hujan menjebak langkahku,
dingin membunuh nafsu
Ah penat, bosan, kaku, mati!
Dan kau Yasmine..
Jangan diam saja kau,
bujuklah kawan mu itu
Ah selalu saja begitu, kaku
Lalu kau Putri, kau bukan lagi putri kecil,
peri kecil, atau permaisuri sekalipun
Kau hanya embel-embel, diam saja kau!
Masih saja,
terkapar, tidak bergetar
Dan Eka? Seharusnya berbuat apa kau?
Dasar nama yang bodoh
Kalian tidak punya eksistensi, sensi
Dan ini lagi..
Tabung kecil yang membosankan!
Sajian acara produk yang tidak jelas
Lalu toket yang di andalkan!
Hah


'Saya ingin marah, tapi amarah saya memuai di langit, rasa geram, berontak dan hujatan hanya memantul-mantul dan bergaung di dinding hati, selanjutnya tercekat dan berhenti di kerongkongan sebelum sempat di muntahkan, setelah menyadari kebingungan selanjutnya.
"Saya marah kepada siapa? Apakah kemarahan saya akan menyelesaikan keadaan dan membuat 'empat sekawanan' ini menjadi manis lagi seperti kemarin yang lalu?"

Curhatan Masa Lampau Yang Tragis

"Yang ku harapkan darimu ialah agar kau ikut merasakan, yakin dan percaya padaku jika ku katakan padamu, bahwa aku terpenjara oleh sang waktu dan keadaan. Aku tidak meratapi keadaan ini karena aku suka diriku apa adanya, dan aku menerima keadaan ini karena aku telah memilih kamu dalam hidupku ,dan menyadari segala rintangan serta penderitaan yang mengitarinya. Tanpa kehadiran keaadaan ini, kerja dan perjuangan tidak akan terwujud, dan hidup akan menjadi dingin, mandul dan membosankan..
Kau disana di Solo yang cantik dan damai, dan aku di Jakarta yang bising dan hiruk-pikuk. Kau di timur dan aku di barat. Tapi jarak yang memisahkan kita tak ada artinya. Aku merasa kau lebih sedekat padaku dari sebelumnya, sementara orang merasa berat melepas kepergian sahabat atau kekasih yang di cintainya. Karena mungkin, mereka merasakan kebahagiaan percintaan itu lewat panca indera. Tetapi jiwaku lebih tinggi dari itu, jiwaku hanya melihat, mendengar dan merasa, tetapi tidak melalui mata, telinga dan jari-jemari?
Bagaimana keadaan kota Solo sekarang? Adakah ia secantik hasrat kerinduan mu yang tersimpan? Huhh.. Aku tinggal di sebidang tanah gersang dengan kemalasan di atasnya. Lalu, di kota ini dan sekitarnya, panas sangat menyengat! Aku tak kuasa mengubahnya menjadi dunia kata-kata.
Sejujurnya, sayang, rinduku sangat amat mendalam. Huhh.. Mungkin aku akan lebih baik diam hingga hati ini kembali pada keadaan seperti kemarin yang lalu.."

Djakarta,
Kamis, 13.02.2010.



Jeda



Hey kau,
Bukankah ini perjalanan ku, yang di katakan sebagian orang bahwa Tuhan menciptakan dunia serta isinya ini semuanya akan terjadi secara 'seimbang'? Kebetulan saja aku mengotori kertasku dengan coretan-coretan tentang 'kamu' karena saat itu tak ada satu carapun untuk berinteraksi karena terpentok oleh keadaanan yang begitu menyiksa dan terasa ingin sekali menggorok leher. Tidak heran bukan bahwa Tuhan menciptakan dunia serta isinya ini semuanya akan terjadi secara 'seimbang'? Saya (penulis) tersenyum puas.


Ku kirimkan lewat pesan dan terlihat begitu panjang serta membosankan pula untuk di salin. Sudah, lalu, apakah ada yang harus di salahkan? Aku? yang tidak biasa mengirim pesan-pesan curahan hati karena tidak tahan lagi melihat orang-orang menikmati percintaan seperti sewajarnya, dan seperti kami sebelum aku berada di sebidang tanah gersang dan malas ini, sehingga terlihat tidak wajar lagi bagi hubungan ini? Atau 'kamu'? Yang sengaja dengan senyum biru sambil mengatakan 'its over' entah apa atau siapa yang membuatnya? Atau bahkan Tuhan mungkin yang secara tidak langsung menjadi sopir dalam perjalanan hidup kita? Atau si 'pecundang'  itu yang dengan sengaja menusuk dari belakang dengan pisau tumpul yang berkarat sehingga memisahkan percintaan kita dengan perlahan?
Haha, Tentu saja tidak. Semua ini sudah di tuliskan dengan bahasa yang indah di atas sana.

'Kamu'  memang sudah tersenyum puas dan dengan gelak tawa yang begitu menawan karena sudah menikmati 'keseimbangan'mu yang sudah di gariskan. Ini hanya sekedar note tentang 'keseimbangan'  hidup kita masing-masing.

Lupakan sejenak, dan, lalu, kenanglah selalu dengan kesadaran kita bahwa hari itu, 29 november dua tahun silam, adalah hari yang paling indah. Saya harus menyayangi kelebihanku dengan ikhlas, dan mencintai kekuranganku dengan sabar. Dan saya harus percaya dengan sepenuh hati bahwa Tuhan itu memang ada, adil, dan menciptakan dunia beserta isinya ini semuanya akan terjadi secara 'seimbang'.



Jeda



"Engkau tahu bahwa aku yang menghabiskan sebagian besar hidupku untuk brleha-leha, menemukan kegembiraan yang mengasikkan dalam berkorespondensi dengan sahabat-sahabat yang sangat aku cintai. Engkau pun tahu bahwa aku yang pernah membanggakan kita, tak akan pernah melupakan seorang yang bernama 'engkau' sekarang ini. Segala kecintaan 'engkau' itu tetap tinggal dalam hati hingga hari tua nanti. Yang terindah dalam hidup ini ialah jika jiwa kita tetap melayang-layang di tempat kita bersenang-senang suatu kali. Akulah seorang di antara mereka yang mengingat tempat-tempat semacam itu, tanpa mengenal batas jarak dan waktu. Aku tak membiarkan sesuatu yang muncul bersama awan, dan kenangan ku yang abadi pada masa lalu itulah yang membuat aku berduka. Tetapi jika aku harus memilih antara suka dan duka, aku tak sudi menukar kesedihan hatiku ini dengan segala kesenangan semesta dunia.

Sekarang biarlah ku tutup tirai masa lalu, untuk bercerita padamu tentang anak yang senantiasa kau cintai dulu.

Dengarkanlah, aku akan membacakan bab pertama kisah si 'Aku' :
Aku seorang lelaki dengan kesehatan yang lemah, tetapi tubuh ku baik-baik saja karena aku selalu memikirkan ataupun merisaukannya. Aku suka merokok dan minum. Jika 'engkau' melongok ruangan ku sekarang, 'engkau' akan mendapatkan aku di balik tabir asap tebal yang bercampur bau harum minuman segar. Aku mencintai kerja tetapi membiarkan satu saat pun berlalu tanpa kerja. Tapi hari-hari saat diriku sedang terbengkalai dan fikiranku lagi kacau, terasa lebih pahit dari kina dan lebih mengerikan dari gerigi serigala.


Ada sebuah kabar penting bagimu. Bulan depan mendatang aku akan berangkat ke Jakarta untuk bergabung dengan sebuah keluarga yang tidak lepas dari kepenatan dalam setiap mata yang terbuka dan kembali untuk terpejam. Tidak lain adalah keluarga ku sendiri.(aneh bukan?)
Dan aku akan tinggal di sana setahun penuh, dan selanjutnya kembali ke kota ini. Aku akan mengisi waktuku disana dengan studi, riset dan kerja keras yang akan  mengawali hidup baruku. Aku merasa bahwa yang membangkitkan rasa kasih dalam diriku adalah 'engkau'. Tapi aku tidak yakin apakah masyarakat Jakarta dan keluarga akan tetap bersahabat padaku seperti selama tiga tahun berselang di kota ini. Aku katakan ini karena hantu kebencian telah muncul. Orang-orang di Jakarta menyebutku "lelaki malam". Bukankah itu wajar jika kepenatan ini selalu menyelimuti di setiap ketika matahari mulai terbenam? Tai kucing!! Katanya kota metropolitan, kenapa kalian masih berfikiran dengan budaya udik? Aku butuh teman, tempat nongkrong, tempat bertukar pikiran dan lain-lain.
Hahaha. Memang tempat ini terlalu asing buatku. Lebih baik kembali ke habitat, kerja seadanya, selalu ada di samping ketika bersedih ,selalu ada di sekitar ketika menginginkan tertawa sampai perut terasa lapar kering.

Apabila esok waktuku kan tiba, lalu tetap seperti ini, akankah aku akan meninggalkan dunia ini menuju ke keabadian tanpa meninggalkan kenangan apapun bagi keluarga dan yang lain seperti manusia yang gagal menjadi "orang"?

Lalu, berartikah masa depan dan percintaan ini kandas di jalan? Hahahaha (gelak tawaku dengan sedikit air mata)."

Solo,
Kamis, 02.09.2010.


Deny Setyawan



Djakarta
04:40am ,Sat 13 02 2010

TUTUPLAH MATAKU YANG MEREDUP INI DENGAN JARI-JEMARIMU YANG BERLUMURAN DARAH !

Ketika jiwaku melayang ke angkasa ,
taruhlah pisau itu di tangan kanan ku dan katakan pada mereka ,
bahwa aku telah bunuh diri karena putus asa dan cemburu .
Aku berfikir bahwa tadi lebih baik bagiku untuk mengorbankan hatiku ,kebahagiaanku ,kehidupanku ,
dari pada melarikan diri bersamamu pada malam pernikahanmu .
Cium lah aku ,kekasih jiwaku. .
Sebelum orang-orang melihat tubuhku .